Harmony Clean Flat Responsive WordPress Blog Theme

Sinopsis, Karakteristik, Hal-Hal Menarik, Isi, Amanat, dan Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Cerita Rakyat Talaga Warna

Senin, Mei 07, 2018 Novita Anggun Dwi Permatasari 0 Comments Category :

Telaga Warna
Dahulu, di Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang raja dan permaisuri yang sangat arif dan bijaksana. Raja tersebut biasa dipanggil ‘sang Prabu’ oleh rakyatnya. Tidak heran jika sang Prabu dicintai oleh rakyatnya. Negerinya aman dan tenteram. Rakyatnya pun hidup damai dan sejahtera.
            Dari semua itu, ternyata masih ada satu hal yang membuat sang Prabu dan permaisurinya gundah gulana. Mereka belum juga dikarunia seorang anak. Padahal, berbagai tabib terkenal telah mereka datangkan. Tapi, tidak satu pun yang berhasil mewujudkan keinginan mereka.
            Suatu hari, sang Prabu dan Permaisuri memanggil penasihat istana. Ia mengungkapkan kegundahannya selama ini. “Paman penasihat, aku selalu terbangun tengah malam. Sebab, aku selalu bermimpi buruk. Dalam mimpiku, aku telah wafat dan kerajaan menjadi kacau tanpa seorang penerus tahta kerajaan. Tidak ada yang melindungi dan memperhatikan rakyatku.” ucap sang Prabu.
            “Hamba kira itu kekhawatiran Baginda saja. Bagaimana jika Baginda dan Permaisuri mengangkat seorang anak?” tanya penasihat.
            “Tidak. Kami hanya ingin anak dari keturunan kami sebagai penerus tahta kerajaaan.” jawab sang Prabu dan Permaisuri.
            Hari berganti hari, tapi Permaisuri belum juga dikaruniai anak. Ia selalu terlihat murung. Melihat hal itu, sang Prabu sangat sedih. Ia pun pergi ke hutan untuk bertapa dan berdoa agar dikaruniai anak.
            Berbulan-bulan sudah sang Prabu meninggalkan istana. Ternyata usahanya tidaklah sia-sia. Setelah penantian yang panjang dengan diiringi doa, akhirnya Permaisuri mengandung. Kebahagiaan menyelimuti seluruh kerajaan. Rakyat pun bergembira mendengar kehamilan sang permaisuri. Dengan membawa bermacam-macam hadiah, rakyat datang ke istana untuk memberi selamat.
            Sembilan bulan pun berlalu, Permaisuri melahirkan seorang bayi perempuan yang mungil dan sangat cantik. Semua rakyat kembali memberikan berbagai hadiah untuk sang Putri kecil.
            Tahun telah berlalu, Putri kecil tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Tidak berapa lama lagi sang Putri akan merayakan ulang tahunnya yang ke-17. Seluruh istana sibuk mempersiapkan pesta yang sangat mewah karena semua rakyat akan diundang untuk berpesta.
            Hadiah-hadiah untuk sang Putri pun mulai membanjiri istana. Sang Prabu sibuk mengumpulkan dan menyimpan hadiah-hadiah itu dalam sebuah ruangan istana yang sangat luas. Oleh sang Prabu, hadiah itu digunakan sewaktu-waktu untuk kepentingan rakyat. Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata untuk dijadikan sebagai hadiah ulang tahun Putrinya.
            “Hai Tuan, tolong kau buatkan kalung yang paling indah di dunia untuk putriku tercinta!” pinta sang Prabu kepada seorang ahli perhiasan.
            “Dengan senang hati Yang Mulia. Aku akan ciptakan kalung terindah untuk sang Putri yang sangat cantik.” kata ahli perhiasan bersedia.
            Hari ulang tahun yang dinanti-nantikan akhirnya datang juga. Semua penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Alun-alun istana kini telah disulap menjadi sebuah tempat pesta yang sangat indah dengan hiasan bunga-bunga yang cantik. Makanan-makanan lezat dan iringan musik pun membuat suasana pesta semakin meriah.
            Permaisuri dan sang Prabu keluar dari istana menemui para penduduk negeri yang sejak pagi sudah berkumpul berdesak-desakan. Sambutan hangat dari mereka menambah kemeriahan pesta. Sambutan semakin hangat ketika sang Putri yang sangat cantik keluar dari istana. “Wah…, sang Putri memang benar-benar cantik.” Puji seluruh undangan yang hadir saat itu.
            Suara yang mengelu-elukan dan mengagungkan keluarga istana pun ramai terdengar. “Hidup Raja…, hidup Permaisuri…, hidup Putri….”
Ia pun menghadap raja dan permaisuri, “Ananda menghadap, Ayahanda, Ibunda.” ucapnya lembut.
Kemudian, sang Prabu bangun dari singgasana dan menyerahkan hadiah istimewanya. “Putriku yang tercinta, terimalah hadiah istimewa dari seluruh penduduk negeri ini untukmu. Mereka sangat mencintaimu.” ujarnya.
            Kemudian, sang Putri menerima hadiah itu dan membukanya. Ketika melihat kalung tersebut, ia berkata, “Ah, kalung apa ini? Aku tidak mau memakainya. Kalung ini jelek.”
            Kalung itu dibuangnya ke lantai hingga semua batunya terlepas dan bertebaran. Melihat kejadiaan itu, semua undangan yang hadir terdiam. Tidak ada seorang pun yang berani berkata-kata.
            Tidak berapa lama, terdengar suara tangis. Ternyata, suara itu berasal dari Permaisuri yang kecewa terhadap sikap anaknya. Permaisuri sedih melihat hadiah yang diberikan oleh seluruh penduduk negeri tidak dihargai.
            Semua yang hadir di pesta itu pun sangat sedih dan akhirnya menangis. Istana dibanjiri air mata. Hal yang tidak terduga pun terjadi, tiba-tiba saja muncul mata air dari alun-alun istana. Semakin lama, mata air itu semakin deras sehingga membentuk danau dan menenggelamkan istana.
            Danau itu disebut Talaga Warna. Sebab, danau itu dapat berubah warna sehingga tampak indah. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Konon, para penduduk mempercayai bahwa warna-warna tersebut berasal dari batu-batu kalung sang putri yang tersebar di dasar telaga. 

KETERANGAN

1)      Sinopsis dari cerita rakyat “Talaga Warna” sebagai berikut.
Dahulu, di Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang raja dan permaisuri yang sangat arif dan bijaksana. Raja tersebut biasa dipanggil ‘sang Prabu’ oleh rakyatnya. Sang Prabu dan permaisuri ingin mempunyai anak tetapi mereka belum juga dikarunia seorang anak. Sang Prabu pun pergi ke hutan untuk bertapa dan berdoa agar dikaruniai anak. Setelah penantian yang panjang dengan diiringi doa, akhirnya Permaisuri mengandung. Permaisuri pun melahirkan seorang bayi perempuan yang mungil dan sangat cantik.
Putri kecil tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Tidak berapa lama lagi sang Putri akan merayakan ulang tahunnya yang ke-17.
Hari ulang tahun yang dinanti-nantikan akhirnya datang juga. Semua penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Sang Putri menerima hadiah itu dan membukanya. Ketika melihat hadiah tersebut yang berupa kalung, ia  membuangnya ke lantai hingga semua batunya terlepas dan bertebaran.
Permaisuri menangis karena kecewa terhadap sikap anaknya. Semua yang hadir di pesta itu pun sangat sedih dan akhirnya menangis. Istana dibanjiri air mata. Hal yang tidak terduga pun terjadi, tiba-tiba saja muncul mata air dari alun-alun istana. Semakin lama, mata air itu semakin deras sehingga membentuk danau dan menenggelamkan istana.
2)      Karakteristik  atau ciri-ciri cerita rakyat “Talaga Warna”, yaitu:
·         Menghubungkan Cerita dengan Kejadian Suatu Tempat atau Alam.
Cerita rakyat “Talaga Warna” menceritakan tentang asal-usul terjadinya  Danau Talaga Warna.
·         Anonim / Tanpa Nama Pengarang
Cerita rakyat tersebut tidak diketahui siapa nama pengarangnya.
·         Milik Bersama
Siapa saja boleh memiliki cerita rakyat tersebut (kecuali orang yang bukan berkewarganegaraan Indonesia) hal ini dikarenakan cerita rakyat tersebut adalah milik bangsa Indonesia.
·         Mempunyai Banyak Versi
Cerita rakyat “Talaga Warna” mempunyai banyak versi yang berbeda-beda.
·         Disampaikan Secara Lisan
Cerita rakyat tersebut disampaikan dari mulut ke mulut.
·         Berkisah Tentang Kerajaan (Istana Sentris)
Cerita rakyat “Talaga Warna” menceritakan tentang suatu kerajaan di Jawa Barat.
·         Bersifat Tradisional
Cerita rakyat tersebut bersifat tradisional. Hal ini dapat dilihat dari kalimat “Padahal, berbagai tabib terkenal telah mereka datangkan.” Tabib merupakan orang yang dianggap dapat membantu.
3)      Hal-hal menarik (tempat) dari cerita rakyat “Talaga Warna” yaitu:
·     Talaga Warna adalah nama danau yang terletak di Jawa Barat. Danau itu disebut Talaga Warna, sebab danau itu dapat berubah warna sehingga tampak indah. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Konon, para penduduk mempercayai bahwa warna-warna tersebut berasal dari batu-batu kalung sang putri yang tersebar di dasar telaga.
·  Sebelum menjadi Danau Talaga Warna, tempat tersebut dulunya  adalah sebuah kerajaan/istana.
4)  Isi yang terdapat dalam cerita rakyat “Talaga Warna” adalah seseorang yang tidak menghargai pemberian orang lain.
5)      Amanat yang terdapat dalam cerita rakyat “Talaga Warna”, yaitu:
·    Sabar dan terimalah apa yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. Sebab, apa pun keputusan-Nya pasti mempunyai maksud baik untuk kita.
·      Hargailah pemberian orang lain agar mereka senang. Jangan pernah mengecewakan orang lain.
6)      Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat “Talaga Warna”, yaitu:
·         Nilai Moral
Sang Putri tidak menghargai hadiah yang diberikan oleh seluruh penduduk negeri tersebut.
·         Nilai Religi
Sang Prabu pergi ke hutan untuk bertapa dan berdoa agar dikaruniai anak.
·         Nilai Budaya
Orang zaman dahulu selalu pergi ke tabib jika sakit atau hal-hal lainnya. Tabib merupakan orang yang dianggap dapat membantu.

RELATED POSTS

0 komentar